Judul Buku : Berfikir dan Menyelesaikan Masalah Seperti Sherlock Holmes
Penulis : Bayu W. Ayogya
Penerbit : Psikologi Corner
Tahun Terbit : Cetakan Pertama, 2017
Ketebalan Buku : 172 Halaman
ISBN : 978-602-6595-22-5
Harga Buku : Rp. 48.000
Tentang Penulis
Bayu W. A merupakan lulusan UGM Fakultas Psikologi yang lulus pada tahun 2004. Memulai debut pertamanya sebagai penulis pada masa - masa awal kuliah dan sudah kerap menulis artikel di media Nasional maupun lokal.
Berbekal semangat membaca menjadikan Bayu kerap dipanggil dalam acara diskusi di Balairung UGM. Kecintaan pada dunia tulisan terjadi saat ia kerap mengikuti forum diskusi FLP (Forum Lingkar Pena) di Yogyakarta.
Tentang Sherlock Holmes
Sherlock Holmes merupakan seseorang yang menciptakan sendiri profesinya karena keahliannya, yang menganalisa gabungan berbagai pakar ilmu pengetahuan ke dalam satu tubuh.
Sherlock Holmes pemecah sebuah teka - teki, dalam memecahkannya ia mesti mendahului dengan mengurai kerumitan- kerumitan di sekitarnya.
Sherlock hanya percaya bahwa segala tindak - tanduk manusia memiliki motivasi, dan motivasi itu berangkat dari keinginan untuk mengambil manfaat, apapun bentuk dari manfaat itu.
Tentang Buku Berfikir & Menyelesaikan Masalah Seperti Sherlock Holmes
Dalam buku ini penulis akan terlebih dahulu mengenalkan siapa sebenarnya Sherlock Holmes ini. Sherlock adalah seorang detektif konsultan, yaitu jika para deteksi (baik pemerintah ataupun swasta) mentok dan tidak dapat memecahkan kasus maka mereka akan menemui Sherlock. Karena hanya dia satu - satunya yang menguasai profesi ini.
Setelah kita mengenal siapa Sherlock Holmes ini, penulis pada bab 1 mengajak agar diri kita diibaratkan sebagai Sherlock Holmes, dari segi naluri, karakter, penampilan, juga gesture.
Sedangkan pada bab 2 kita akan lebih mengenal tentang naluri itu sendiri, Naluri atau intuisi merupakan usaha mengenal sesuatu melalui berbagai hal yang pernah dialami, yang biasa disebut dengan pengalaman.
Dalam psikologi, keadaan ini disebut sebagai selfie evident cognitions.
Naluri sebagai indra keenam juga menjadi kelanjutan pada bab ini. Sherlock berpendapat bahwa intuisi, indera keenam, dan kata hati adalah sama.
Dimana itu semua adalah kemampuan manusia untuk merasakan sesuatu atau memperkirakan sesuatu kejadian akan terjadi atau tidak yang dalam prosesnya kerap tidak bisa dijelaskan oleh logika. Namun perasaan ini disebut oleh Sherlock sebagai kelemahan.
Masih pada bab 2 ini penulis menjabarkan kembali intuisi atau rasa takut, penulis juga mengajak untuk mengenal rasa takut itu sendiri.
Dilanjutkan pada bab 3 kita akan mengenal gesture atau bahasa tubuh. Dari bahasa tubuh orang berbohong, bahasa tubuh orang tertarik, sampai bahasa tubuh yang "Tidak Menjual".
Pada bab - bab selanjutnya kita diajak mengenal kepekaan panca indra, panca indra plus naluri, berfikir seperti Sherlock Holmes, dan di bab terakhir kita justru akan disuguhi kekurangan Sherlock Holmes yang seharusnya tidak kita miliki. Seperti kebiasaan buruk yang dilakukan dimana dapat merusak fisiknya sendiri.
Dalam buku ini kita akan mengetahui banyak hal yang dapat meng-improve diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. diisi dengan ilustrasi yang sesuai membantu kita mengimajinasikan apa yang ada dalam tulisan tersebut. Namun yang menjadi kekurangan buku ini banyak kata tidak lengkap kepenulisannya atau typo.
Oleh : (Ivan Z)
COMMENTS