Kata ritsleting sangat akrab dalam kehidupan kita. Bahkan, setiap saat kita berurusan dengan ritsleting. Seolah sangat sulit dalam kehidupan ini dipisahkan dengan ritsleting, Ia ada di mana-mana, celana panjang, celana pendek, jaket, tas kantor, tas tenteng, rok wanita, blus wanita, dompet, dan lain-lain.
Ritsleting pertama dipakai pada tahun1890-an di Inggris oleh Whitcomb Judson, dalam bahasa Inggris ritsleting dinamakan zipper. Awal terciptanya ritsleting yang belum sempurna dan banyak variasi seperti sekarang ini, karena adanya kesusahan orang jaman dahulu menggunakan sepatu. Di mana sepatu pada zaman dahulu tinggi-tinggi sampai menutupi betis, dan itu membutuhkan waktu 15 menit untuk memakainya.
Whitcomb menemukan zipper atau ritsleting, karena berkat dirinya termasuk bukan orang yang sabar. Ia merasa tersiksa, ketika menggunakan sepatu dengan waktu yang lama. Dari situ ritsleting semakin banyak penggunanya, bahkan semakin lama ritsleting tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia yang di bawa oleh orang-orang Belanda.
Di Indonesia ritsleting digunakan untuk berbagai macam produk, seperti baju, celana, dan bahkan digunakan untuk berbagai kerajinan tangan. Seolah-olah kata ritsleting bisa kita dengar di mana saja. Bahkan anak kecil laki-laki ada yang disunat karena alat kelaminya terjepit ritsleting, ada juga orang yang menanggung malu karena tidak sadar belum menarik ritsleting celananya.
Namun, begitu disayangkan, kamus-kamus bahasa Indonesia seolah alergi memasukan suku kata ristleting dalam list kamusnya, padahal kata tersebut sangat akrab dalam kehidupan kita. Pamusuk Eneste pernah bercerita, ketika dalam sebuah milis kebahasaan, seorang bertanya mengenai padanan kata Belanda ritssluiting dalam bahasa Indonesia, ritsleting, retsleting, atau sereting? Ternyata dalam kamus bahasa Indonesia tidak tercantum padanan kata itu.
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 1 (1998) sampai edisi 3 (2001) belum bisa memberikan jawaban pertanyaan itu. Begitu pula edisi-edisi kamus sebelumnya, terbitan Pusat Bahasa, entah kenapa tidak mencantumkan kata itu. Misal Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S Poerwadarminta, diolah kembali oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1976), Kamus Bahasa Indonesia (1983), dan Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu-Zain, 1996), tidak ada satu pun yang mengentrikan kata ritsleting.
Untunglah masih ada kamus yang mencatat kata ristleting, yaitu kamus dwibahasa Kamus Belanda-Indonesia memadankan ritssluitting dengan tutup atau kancing dengan sleretan. Pernah juga, dalam karya sastra Indonesia, sudah ada pengarang yang memakai kata ritsleting dalam karanganya. Dalam kumpulan cerpen Atas Nama Malam (1997), Seno Gumira Ajidarma memakai kata ritsleting dua kali: “Semua orang menarik ritleting jaketnya sampai ke leher” dan “Kutarik ristleting celanaku dan kupasang kembali ikat pinggangku”.
Dalam kamus bahasa Jawa saja ritssluiting (bahasa Belanda) sudah ada padananya. Di Jawa ritssluiting dikenal dengan sebutan sleretan, walaupun banyak juga orang Jawa yang lebih nyaman menggunakan kata ritsleting dari pada sleretan. Lalu, mengapa kamus-kamus bahasa Indonesia masih enggan memasukan kata ritsleting dalam daftar kata di dalam kamusnya? (Agoy)
COMMENTS