Maraknya arus Globalisasi yang masuk ke Indonesia dengan berbagai cara, dapat berdampak positif maupun berdampak negatif bagi Bangsa Indonesia sendiri, terutama dalam bidang kebudayaan. Seiring dengan kemajuan zaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh, dipelihara dan dijaga keberadaannya oleh setiap suku, kini sudah hampir punah. Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal yang dilupakan dimasa sekarang ini, seperti kurangnya kesadaran masyarakat, minimnya komunikasi budaya dan kurangnya pembelajaran budaya.
Lunturnya budaya sebagai identitas negara sangat terasa. Banyak terjadi kemelut persoalan akibat kebudayaan yang terjadi di Indonesia, salah satu faktornya adalah hilangnya budaya asli bangsa yang terkontaminasi budaya barat. Sehingga negara ini kehilangan arah dalam mengimbangi kemajuan zaman.
Dahulu, nilai gotong royong sangat terasa, sekarang sudah jarang terlihat. Musyawarah pun sudah hampir luntur. Kehidupan sosial yang harmonis, seolah tertelan bumi dan enggan muncul kembali, indivualistis yang sering terjadi.
Kemana budaya tersebut? Itulah mengapa Indonesia krisis dengan identitas nasional? Menurut Benedict Anderson (1991) negara merupakan suatu gambaran komunitas politik, di mana masyarakat menyatakan dirinya sebagai bagian dari sebuah negara tersebut. Bagaimana seseorang menyatakan diri sebagai bagian dari negara, tetapi tidak menjaga apa yang dimiliki negaranya, tidak suka terhadap apa yang ada di dalamnya, justru lebih menyukai kepunyaan negara lain? Lucu sekali bukan? Bagaikan seseorang lelaki yang memiliki pacar, tetapi enggan menjaga pacarnya, tidak suka dengan apa yang dimiliki pacaranya, justru menyukai apa yang dimiliki oleh wanita lain. Kira-kira, bagaimana reaksi sang pacar? Pastilah pembaca bisa menjawabnya sendiri.
Selain itu masyarakat zaman dulu juga memiliki kepedulian yang tinggi dalam menjaga lingkungan disekitarnya, sehingga kondisi alam pada era tersebut semakin cantik dan menawan. Sebaliknya, pada zaman modern seperti sekarang ini, sikap seperti itu tampaknya sudah luntur dihati rakyat Indonesia, sehingga alam menjadi panas dan tidak bersahabat lagi dengan manusia, karena telah tercemari.
Nilai-nilai religius zaman dahulu masih sangat begitu kental, masih sangat dijaga, dan sangat dipatuhi dengan baik. Namun, sejak masuknya pengaruh budaya-budaya barat ke negeri kita tercinta ini, hal itu mulai luntur perlahan. Generasi muda sekarang dengan bangganya memperlihatkan auratnya seperti orang-orang bule (luar negeri). Ditambah lagi pergaulan bebas, narkoba, dan tawura menjadi budaya dikalangan generasi muda saat ini sehingga menambah kemelutnya bangsa ini.
Dari segi bahasapun sangatlah memprihatinkan. Seperti kids zaman now, alay, lebay, kepo, tidak asing lagi bagi kita. Entah dari mana seluk beluknya, yang pasti ketenaran kata-kata tersebut melampaui batas bahasa indonesia yang baik dan benar. Benarkah demikian? [Jaozauz Zahroh ( Anggota IMAKE WS 2017)]
COMMENTS