Suatu hari teman saya tengah asyik melihat beranda Facebook. Gerak tanganya begitu lincah menggeser touchcreen dari bawah ke atas. Gerakannya seketika terhenti saat ia melihat foto wanita cantik, putih, dan bersih tak berjerawat. Keindahan wajahnya menggoda temanku untuk berkenalan dengan wanita tersebut. Ia pun membuka profil Facebook wanita itu agar bisa mengetahui nama, alamat, tanggal lahir, dan identitas lainya. Singkat cerita, temanku mengajaknya untuk bertemu, tapi hal tersebut membuat temanku kecewa. Ternyata wanita yang memposting foto tersebut tidak seperti apa yang terlihat di dunia maya.
Sebuah postingan grup whattApp yang dishare dari grup lain pernah menggegerkan semua anggota grup pada salah satu grup whattApp yang aku ikuti. Pasalnya dalam postingan tersebut dijelaskan bahwa K.H R. Ahmad Azaim Ibrahimy dan K.H Shalahuddin Wahid (Gus Shalah) Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng mengeluarkan maklumat mufarroqoh dari kepemimpinan K.H Said Aqil Siroj dalam Nahdhatul ‘Ulama (NU). Azaim dan Gus Sholah menolaknya karena menganggap Said Aqil telah memasukan pemikiran muktazilah dan syiah dalam NU. Anggota grup yang pro mendukung dengan semangat, bahkan menabahkan info-info lain untuk menjelek-jelekan Said Aqil, sedangkan anggota yang kontra tidak terima dengan hal tersebut. Pertengkaran dalam grup WhattApp tidak terhindarkan, komentar-kometar kotor, saling menghujat meramaiakan grup WhattApp tersebut.
Sosmed (sosial media) di era sekarang telah mempengaruhi rute kehidupan masyarakat, Ideologi, jalan pikiran, perilaku, kegembiraan, keharmonisan sosial, dan sebagainya, baik satu wilayah, negara, bahkan dunia. Banyak masyarakat yang telah terpengaruh info-info hoak yang dishere dan entah dari mana sumbernya. Pertengkaran pada zaman dahulu, orang harus bertatap muka, mengeluarkan ekspresi kemarahan di depan muka musuhnya, tapi sekarang ekspresi kemarahan orang dapat diwakilkan oleh emot-emot yang ada dalam sosmed.
“like dan dan katakan amin, jika kamu ingin mendapatkan hal baik besok hari”, kata-kata ini dan sejenisnya sering kita jumpai dalam postingan facebook atau sosmed yang lain. Menurut Good Housekeeping, cara-cara tersebut dilakukan oleh para scammers untuk mendapatkan uang. Mereka memposting kiriman lucu, gambar-gambar yang membuat penasaran, dan pernyataaan-pernyataan menarik yang memanen like dan share. Asal share sebuah informasi yang tidak tahu kebenaranya dapat menyebabkan fitnah dan sukses membuat kekacauan sebuah negara, seperti yang sedang melanda republik ini.
Anehnya seseorang melakukan like dan share di sosmednya, seolah tidak ada beban, mereka menganggap bahwa like dan share sebagai hal biasa, like pada status seseorang ketika menyukai atau menyetujui pendapatnya, sedangkan share ketika yang ditulis dianggap penting dan dapat bermanfaat bagi orang lain. Apalagi ketika dalam informasi tersebut dijelaskan bahwa ini pesan atau tulisan dari seseorang tokoh yang dianggap penting dan sangat berpengaruh.
Verifikasi sebuah informasi harus dilakukan, jangan asal like dan share sebelum dipastikan bahwa informasi tersebut terbukti kebenarannya. Walaupun informasi tersebut dari akun tokoh yang sangat berpengaruh, karena zaman sekarang akun sosmed dapat mudah dipalsukan. Bisa saja akun kita dipalsukan oleh orang-orang yang membenci kita, dan hal tersebut dengan mudahnya terjadi tetapi sulit diselidiki. Misal saja, ketika kita memposting foto, ternyata ada yang mengambil foto kita dengan mudahnya, kemudian dia membuat akun palsu dengan identitas dan foto kita yang dipasang dalam akun tersebut. Berita-berita hoak ditulisnya, menulis kata-kata kotor untuk mencela orang lain, memposting gambar-gambar porno di akun tersebut tanpa kita sadari.
Dahulu, mengenal dan mengetahui identitas seseorang, baik itu nama, alamat, anggota keluarga, tempat tanggal lahir, dan sebagainya, dengan bertatap muka langsung, yang dibuktikan dengan kartu identitas resmi dari lembaga atau pemerintah, seperti kartu pelajar/mahasiswa, kartu tanda penduduk, kartu anggota keluarga, dan lain-lain. Pemalsuan identitas, pemalsuan foto, dan sebagainya, seakan sulit dilakukan.
Berbalik 360 derajat pada zaman sekarang ini, manusia mengenalkan identitasnya dengan sosmed atau dunia maya. Manusia dengan bebas dapat menulis identitasnya entah jujur ataupun tidak, bahkan ketika manusia memiliki misi tertentu, ia akan membuat akun yang berisi identitas orang lain. Sekarang dengan mudahnya kita mengambil foto dan identitas orang lain, kita hanya butuh membuka internet atau sosmed seseorang, tinggal klik copy atau simpan gambar dengan nama, kita sudah dapat mendapatkan foto ataupun identitas orang tersebut.
Mudah bagi kita mencari siapa saja dalam dunia maya, tokoh penting, artis, atlet, dan sebagainya, tapi kita tidak tahu asli atau tidak akun tersebut. Banyak sekali teman di facebook, bahkan ada yang mencapai 500, 1000, atau bahkan lebih, tetapi apakah teman sebanyak itu yang kita miliki di dunia maya semua identitasnya asli. Maka, sudahkah kalian percaya dengan identitas teman-temanmu dalam dunia maya? Dan sudahkah anda berhati-hati dalam memposting foto, status, informasi, dan sebagainya? (Agoy)
Sebuah postingan grup whattApp yang dishare dari grup lain pernah menggegerkan semua anggota grup pada salah satu grup whattApp yang aku ikuti. Pasalnya dalam postingan tersebut dijelaskan bahwa K.H R. Ahmad Azaim Ibrahimy dan K.H Shalahuddin Wahid (Gus Shalah) Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng mengeluarkan maklumat mufarroqoh dari kepemimpinan K.H Said Aqil Siroj dalam Nahdhatul ‘Ulama (NU). Azaim dan Gus Sholah menolaknya karena menganggap Said Aqil telah memasukan pemikiran muktazilah dan syiah dalam NU. Anggota grup yang pro mendukung dengan semangat, bahkan menabahkan info-info lain untuk menjelek-jelekan Said Aqil, sedangkan anggota yang kontra tidak terima dengan hal tersebut. Pertengkaran dalam grup WhattApp tidak terhindarkan, komentar-kometar kotor, saling menghujat meramaiakan grup WhattApp tersebut.
Sosmed (sosial media) di era sekarang telah mempengaruhi rute kehidupan masyarakat, Ideologi, jalan pikiran, perilaku, kegembiraan, keharmonisan sosial, dan sebagainya, baik satu wilayah, negara, bahkan dunia. Banyak masyarakat yang telah terpengaruh info-info hoak yang dishere dan entah dari mana sumbernya. Pertengkaran pada zaman dahulu, orang harus bertatap muka, mengeluarkan ekspresi kemarahan di depan muka musuhnya, tapi sekarang ekspresi kemarahan orang dapat diwakilkan oleh emot-emot yang ada dalam sosmed.
“like dan dan katakan amin, jika kamu ingin mendapatkan hal baik besok hari”, kata-kata ini dan sejenisnya sering kita jumpai dalam postingan facebook atau sosmed yang lain. Menurut Good Housekeeping, cara-cara tersebut dilakukan oleh para scammers untuk mendapatkan uang. Mereka memposting kiriman lucu, gambar-gambar yang membuat penasaran, dan pernyataaan-pernyataan menarik yang memanen like dan share. Asal share sebuah informasi yang tidak tahu kebenaranya dapat menyebabkan fitnah dan sukses membuat kekacauan sebuah negara, seperti yang sedang melanda republik ini.
Anehnya seseorang melakukan like dan share di sosmednya, seolah tidak ada beban, mereka menganggap bahwa like dan share sebagai hal biasa, like pada status seseorang ketika menyukai atau menyetujui pendapatnya, sedangkan share ketika yang ditulis dianggap penting dan dapat bermanfaat bagi orang lain. Apalagi ketika dalam informasi tersebut dijelaskan bahwa ini pesan atau tulisan dari seseorang tokoh yang dianggap penting dan sangat berpengaruh.
Verifikasi sebuah informasi harus dilakukan, jangan asal like dan share sebelum dipastikan bahwa informasi tersebut terbukti kebenarannya. Walaupun informasi tersebut dari akun tokoh yang sangat berpengaruh, karena zaman sekarang akun sosmed dapat mudah dipalsukan. Bisa saja akun kita dipalsukan oleh orang-orang yang membenci kita, dan hal tersebut dengan mudahnya terjadi tetapi sulit diselidiki. Misal saja, ketika kita memposting foto, ternyata ada yang mengambil foto kita dengan mudahnya, kemudian dia membuat akun palsu dengan identitas dan foto kita yang dipasang dalam akun tersebut. Berita-berita hoak ditulisnya, menulis kata-kata kotor untuk mencela orang lain, memposting gambar-gambar porno di akun tersebut tanpa kita sadari.
Dahulu, mengenal dan mengetahui identitas seseorang, baik itu nama, alamat, anggota keluarga, tempat tanggal lahir, dan sebagainya, dengan bertatap muka langsung, yang dibuktikan dengan kartu identitas resmi dari lembaga atau pemerintah, seperti kartu pelajar/mahasiswa, kartu tanda penduduk, kartu anggota keluarga, dan lain-lain. Pemalsuan identitas, pemalsuan foto, dan sebagainya, seakan sulit dilakukan.
Berbalik 360 derajat pada zaman sekarang ini, manusia mengenalkan identitasnya dengan sosmed atau dunia maya. Manusia dengan bebas dapat menulis identitasnya entah jujur ataupun tidak, bahkan ketika manusia memiliki misi tertentu, ia akan membuat akun yang berisi identitas orang lain. Sekarang dengan mudahnya kita mengambil foto dan identitas orang lain, kita hanya butuh membuka internet atau sosmed seseorang, tinggal klik copy atau simpan gambar dengan nama, kita sudah dapat mendapatkan foto ataupun identitas orang tersebut.
Mudah bagi kita mencari siapa saja dalam dunia maya, tokoh penting, artis, atlet, dan sebagainya, tapi kita tidak tahu asli atau tidak akun tersebut. Banyak sekali teman di facebook, bahkan ada yang mencapai 500, 1000, atau bahkan lebih, tetapi apakah teman sebanyak itu yang kita miliki di dunia maya semua identitasnya asli. Maka, sudahkah kalian percaya dengan identitas teman-temanmu dalam dunia maya? Dan sudahkah anda berhati-hati dalam memposting foto, status, informasi, dan sebagainya? (Agoy)
COMMENTS