Rumah
Angin berembus teramat syahdu membersamai dinginnya pagi. Entah apa yang terjadi, sayup-sayup terdengar bising suara. Namun, hanya semu karena netraku gelap tertutup kain kecil. Berjalan tanpa melihat menyusuri jalan yang tidak tahu dimana. Pendengaranku, semoga saja bisa kuajak kompromi mendengar segala komando. Alunan musik yang beberapa hari lalu diperkenalkan perlahan melepas keheningan.
Pernahkah kau merasa
Melihat secercah harapan
Mimpi di depan mata
Kebumenku kan selalu jaya
“Silakan slayernya bisa dilepas.” Api unggun menyaksikan segenap manusia yang melingkar dengan wajah berseri. Saling bergandeng tangan untuk saling melengkapi satu sama lain. Satu persatu dari masing-masing angkatan mencurahkan tentang tempat pulang, cinta, dan ada.
Pelangi, segala warnanya selalu saja membuat berdecak kagum. Jika, warna itu diletakkan ditempat yang tepat. Daun akan cocok dengan hijau. Begitu pula dengan biru yang akan akur dengan langit. Seperti jari yang dimiliki oleh manusia. Kecil, besar, panjang, atau lebar, semuanya akan berfungsi. Semua dihadirkan untuk saling berbagi.
Rumah. Ruang yang dibangun tidak hanya untuk berteduh melainkan untuk saling menguatkan tentang cita-cita. Berdiri sendiri akan terasa sepi bukan? Hambar, jika hilang arah tidak ada yang memegang bahu sembari mengatakan,”bersandarlah dibahuku” inilah gunanya rumah kecil ini ada. Rumah yang diciptakan untuk saling berbagi banyak hal, memaknai arti persahabatan untuk saling medekap satu sama lain.
Kekurangan dan kelebihan telah diberikan oleh semesta dengan kadarnya sendiri. Ada yang mahir sebagai konseptor, eksekutor, ataupun keduanya. Semua pekerjaan akan dibagi rata dengan keahliannya masing-masing. Bukan berarti itu semua menjadi pembatas. Melakukan pekerjaan yang dicintai akan terasa meringankan. Sama seperti, pekerjaan yang dilakukan dengan bersama-sama. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Meski begitu, semua bisa dipelajari bersama. Potensi diri memang harus dikembangkan, selebihnya belajar tentang ini itu yang masih dibingungkan.
Akan ada banyak pertanyaan setelah menemukan jawaban. Semakin digali, semakin ingin tahu. Disinilah tempat mencari tahu tentang kebimbangan yang berkeliaran dipikiran. Ruang diskusi. Saling bertukar pendapat, mengembangkan pola komunikasi, dan saling memberi ruang untuk terus belajar.
Jenuh. Kesepian meski dikeramaian. Atau merasa tidak baik-baik saja walaupun sang bahu siap menjadi sandaran. Kebosanan selalu menjadi bumbu cerita ini. Rumah berpenghuni tidak selamanya menyenangkan. Namun, harus siap dengan segala keadaan yang akan hadir mengukir bersama kisah yang berjalan. Tantangan akan bersapa dengan rintangan, namun semuanya pasti akan berlalu. Melangkahlah tanpa ragu. Perjalanan tanpa merasa semuanya hanya lukisan semu.
Aku tidak pernah berjuang sendiri. Jika jatuh, masih ada tangan yang akan mengulur dengan ikhlas. Jika rapuh masih ada bahu untuk bersandar. Jika salah, masih yang mengingatkan. Dan jika masih belum bisa masih ada pembelajaran baru untuk menyelesaikan segala teka-tekinya.
Tepat tiga tahun lalu, kehadirannya membuatku sanggup untuk berdiri sendiri. Sayapku kian mengepak lebih tinggi, dan impian-impian kecil perlahan tercentang didalam buku kecil. Pembaharuan daftar angan membludak mengisi garis-garis kertas agendaku.
Inilah sepucuk surat untukmu, cinta. Cinta yang tak akan pernah rampung meski dunia menyuruhnya menepi. Cinta yang tak akan pernah usai walaupun semesta memberi garis lain lagi. Kisah ini kelak akan kuceritakan pada keluarga kecilku tentang Keluarga.
Keluarga impian. Keluarga cakrawala. Dan inilah kisah yang terlukis dengan kasih. Kebaikan yang akan terus membiak. Semua akan mengabadi meski jarak tak lagi mengerti. Aku, kamu, sudah menjadi kita sejak dulu.
Kita adalah sepasang tubuh manusia yang utuh. Menjelma menjadi kepala, tangan, kaki, dan seperangkat anggota tubuh yang saling menyempurnakan dalam keluarga cakrawala.
Jangan berjalan dibelakangku, aku tak mungkin memimpinmu. Jangan berjalan di depanku, aku mungkin tak akan mengikutimu. Tapi, berjalanlah disampingku. Dan berjuanglah bersamaku
Karya : Ratna IMAKE Angkatan 2018
COMMENTS